(05 Dec 2017)
Angka morbiditas (kesakitan) pada ikan hias akibat infeksi parasit ataupun bakteri, menduduki tingkatan tertinggi faktor utama dari penyebabnya penyakit pada ikan. Seperti halnya epitheliocystiscyst, yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infestasi bakteri yang biasanya menyerang ikan air tawar, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Epitheliocystiscyst memang masih belum umum dibicarakan, karena menurut para ahli kesehatan ikan, penyakit ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut. Tetapi angka mortalitas (kematian) dari penyakit ini cukup tinggi. Oleh sebab itu, pada artikel ini kita akan membahas lebih dalam mengenai epitheliocystiscys.
Epitheliocystis adalah kondisi yang mempengaruhi insang dan kulit ikan, yang telah dilaporkan lebih dari 50 spesies air tawar dan laut termasuk di dalamnya ikan hias maupun ikan konsumtif. Hal ini disebabkan oleh bakteri Gram-negatif intraselular. Faktor yang menjadi penyebab dari penyakit epitheliocystiscyst ini diantaranya yaitu kerapatan populasi yang tinggi dalam satu tempat, nutrisi, musim, suhu dan umur ikan. Setelah dilakukannya penelitian, bakteri penyebab epitheliocystis cyst ini bentuk morfologinya hampir sama dengan chlamidya (jamur). Sehingga disebut dengan “Candidatus Piscichlamydia”. Pada penyakit epitheliocyst ini terbentuk sitoplasma (cairan sel) yang mengandung agregat dari ribosom dan fibril (organela) halus. "Candidatus Piscichlamydia" merupakan keluarga baru dalam filum Klamidia sehingga disebut "like-chlamidya". Bakteri ini menginfeksi pada insang ikan, dan dapat merusak sel-sel yang lain. Namun tidak ditemukan epitheliocystis pada organ hepar, ginjal, dan saluran cerna.
Gejala penyakit akibat parasit, bakteri, dan jamur pada ikan memang hampir sama. Sehingga, gejala secara makroskopis harus didukung pula dengan adanya uji lanjutan untuk menunjang peneguhan diagnosa. Di bawah ini ada beberapa gejala yang terjadi pada ikan akibat bakteri penyebab epitheliocystiscys, diantaranya yaitu:
Sebelum dilakukan nekropsi (pembedahan), ditemukan tanda-tanda seperti:
Setelah dilakukan nekropsi (pembedahan), ditemukan tanda-tanda seperti:
Terlihat adanya akumulasi eritrosit di pembuluh darah (kongesti) pada arcus insang (struktur penyusun insang) ikan (panah kuning)
Lamella sekunder (struktur penyusun insang) ikan terlihat saling menyatu satu sama lain (fusi) (panah merah).
Terlihat adanya bentukan kista muda kecil dan mengandung inti dikelilingi oleh sel epitel (Epitheliocystis cyst) pada lamella sekunder insang ikan (panah kuning)
Terlihat adanya infiltrasi sel radang heteterofil (penyebab infeksi) pada lamina propia usus ikan (panah merah)
Terlihat adanya nekrosis (kematian sel) pada hepatosit (inti sel hati) yang ditandai inti sel memadat, kecil, dan gelap (karyo piknosis) (panah kuning). Terlihat kumpulan-kumpulan dari Melano Macrofag Centres (pemakan sel yang mati, khas pada ikan) pada vena porta hepatica (pembuluh darah besar pada hati) (panah biru). Terlihat adanya vakuola-vakuola (lingkaran) kosong pada sitoplasma hepatosit (cairan inti sel hati) dengan inti sel yang menepi (degenerasi melemak).
Epitheliocystiscyst dapat menyerang ikan yang memiliki daya tahan tubuh yang menurun. Ketika daya tahan tubuh ikan turun, bakteri akan mudah masuk melewati pernafasan (insang) atau mulut bersamaan dengan makanan yang masuk. Bakteri ini mempunyai komponen dinding sel berupa lipopolisakarida (LPS) yang memicu respon inflamasi (peradangan) di dalam tubuh ikan. Peradangan dapat terjadi pada semua organ, karena bakteri ini bersiat bakterimia (bakteri yang terdapat di dalam aliran darah), sehingga dapat menyebar melalui pembuluh darah. Bakteri ini berpredileksi (bertempat) di dalam insang ikan, oleh karenanya organ yang terlebih dahulu terinfeksi adalah insang. Insang merupakan organ yang sangat vital bagi kelangsungan hidup ikan, dimana fungsi dari insang sendiri adalah sebagai sistem pernafasan utama bagi ikan. Ketika insang mengalami kerusakan, maka kadar oksigen yang didapatkan akan mengalami penurunan. Perubahan yang terjadi akibat rendahnya kadar oksigen mengakibatkan sel-sel pada lamela tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sementara jantung terus memompakan darah ke insang. Hal ini akan memicu terjadinya nekrosis (kematian sel) mengakibatkan darah keluar dari jaringan.
Tingkat infestasi akibat bakteri yang parah dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Hal ini diakibatkan karena terjadi fusi (perlekatan) dari lamela sekunder (bagian dari insang). Fusi dari lamela sekunder mengakibatkan tugas lamela tidak dapat berfungsi dengan baik, karena lacuna (bagian dari insang) yang berisi sel darah merah tertutup oleh sel epitel. Tertutupnya lakuna oleh sel epitel dapat meningkatkan tekanan yang ada di lakuna dan mengakibatkan ruptur (patah) pada insang. Ruptur tersebut mengakibatkan penumpukan sel darah merah yang disebut dengan telangiektasis.
Semoga bermanfaat
Silahkan hubungi salah satu dari tim customer support kami