(08 Jan 2018)
Tidak hanya ular yang mengalami pergantian kulit, molting (pergantian kulit) juga dialami oleh semua hewan yang termasuk dalam kelompok crustacean, seperti udang, kepiting, lobster dan lain-lain. Pada crustacean jenis udang, pergantian kulit ini terjadi ketika ukuran tubuh udang bertambah besar sementara eksoskeleton (cangkang atau bagian luar yang keras) tidak bertambah besar karena tersusun oleh senyawa chitin yang keras dan tidak elastis.. Dengan ukuran tubuh yang bertambah, maka kulit udang juga harus didukung dengan ukuran kulit yang baru pula. Semakin sering udang berganti kulit atau cangkang, maka semakin baik pertumbuhannya. Kondisi udang pada saat terjadi molting akan melemah dan kulit yang belum mengeras daerta proses molting pada udang akan menyerap kalsium dan magnesium. Kandungan zat tersebut sangat dibutuhkan dalam jumlah tinggi untuk mempercepat proses molting. Selama udang mengalami molting, maka udang akan tidak nafsu makan (anorexia), tidak banyak gerak dan kondisinya melemah.
Terdapat beberapa alasan yang menjadikan udang mengalami molting. Pada saat udang tumbuh dewasa, cangkang udang tidak ikut tumbuh seiring dengan pertumbuhan tubuh.Udang umumnya akan melakukan molting setiap 3 – 8 minggu. Pada peristiwa pergantian kulit ini, terjadi proses biokimia yaitu pengeluaran (ekskresi) dan penyerapan (absorbsi) kalsium dari tubuh hewan. Kulit baru yang terbentuk setelah molting akan berwarna pucat, namun setelah 2-3 hari akan berwarna seperti semula. Hal ini disebabkan karena kualitas air yang berubah atau disebabkan karena makanan dan proses pengeluaran zat tertentu di dalam tubuh.
Siklus molting dapat terjadi melalui beberapa tahapan. Setiap crustacean mempunyai tahapan yang berbeda. Sedangkan pada udang hias, terdapat 4 tahapan yang dilalui saat terjadi proses molting, diantaranya yaitu:
Postmolt adalah tahapan yang terjadi setelah proses eksuviasi (pelepasan eksekeleton yang lama). Pada tahan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymp (darah) akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting) eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Eksoskeleton menjadi semakin mengeras dalam tahapan ini, disebabkan karena adanya mineral dan protein. Eksoskeleton udang relative lebih tipis dan lunak disbanding dengan kepiting dan lobster.
Early premolt atau premolting awal ditandai dengan terbentuknya epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan meningkatnya konsentrasi hormone molting dalam darah. Siklus molting dikendalikan oleh hormone molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium dan disebut Y-organ.
Tahapan premolt akhir akan terbentuk lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan memisahnya cangkang lama dan cangkang baru
Suhu optimal pemeliharaan udang antara 28 – 30 derajat celcius. Suhu air di bawah 13 derajat celcius dan di atas 33 derajat celcius menyebabkan mortalitas (angka kematian) mencapai 90%.
Salinitas air yang optimal bagi udang untuk hidup normal dan tumbuh baik adalah pada kisaran 15 – 30%
pH air yang optimal untuk kehidupan udang adalah sekitar 7,5 – 8
Nilai alkalinitas yang baik untuk udang berkisar antara 90 – 130 mg Ca/l
Titik aman kadar nitrit untuk udang adalah sekitar 0,1 mg/l.
Terdapat tiga macam logam berat yang berpengaruh dalam budidaya udang, antara lain cadmium (Cd), merkuri (Hg) dan timbale (Pb).
Penyakit yang dapat menyerang udang dapat disebabkan oleh parasit, bakteri dan jamur.
Semoga bermanfaat
Silahkan hubungi salah satu dari tim customer support kami